Beranda > Remang Malam > Menelisik Dunia Selingkuh

Menelisik Dunia Selingkuh

  • Lebih Baik Beli Satenya, Dari Pada Beli Kambingnya

selingkuhLebih baik membeli sate, dari pada membeli kambingnya. Kalimat ini sering dipakai para lelaki hidung belang, dan sudah berkeluarga alias beristri melakukan perselingkuhan di luar rumah dengan cara sembunyi-sembunyi.

Kenapa membeli satenya saja, dan tidak sekalian membeli Kambingnya ? Hal ini dimaksutkan agar perselingkuhan yang dilakukan sebatas suka sama suka, dan tidak memiliki ikatan, apa lagi sampai melakukan poligami alias beristri dua. Bila sampai terjadi perkawainan, bisa celaka dua belas, apa lagi sampai ketahuan maka dipastikan Rumah Tangga akan berantakan atau yang keren di sebut brocken home.

Perselingkuhan sekadar mencari sensasi dan  ingin menunjukan “eksistensi kejantanan” bagi lelaki yang sudah beristri sering kita jumpai di dalam kehidupan rumah tangga. Tapi tidak jarang berakhir dengan keributan bahkan sampai perceraian.

Demikian juga dengan wanita yang masih bersuami, berbuat selingkuh dengan lelaki lain adalah hal yang tidak wajar. Dan tidak jarang sampai terjadi perceraian. Bedanya kalau lelaki berselingkuh hanya ingin berbuat sensasi dan sebagian karena faktor biologis, tapi kolo wanita selain karena ingin melakukan sensasi juga karena faktor ekonomi, dan sedikitnya hanya karena faktor Biologis.

Persoalan Selingkuh bagai virus yang melanda, dan acap kali dijadikan “trent mode” baik laki-laki atau wanita yang nota bene sudah berkeluarga.

Informasi dari sebuah sumber yang layak dipercaya terent selingkuh di Muara Teweh, ternyata tidak kalah serunya seperti kota-kota besar lain di Indonesia. Bahkan sudah menjadi rahasia umum kalau pasangan berkeluarga yang bekerja full time diluar rumah selalu mencarai selingan yaitu beselingkuh.

Sebut saja Armagedon, (bukan nama sebenarnya) bekerja di salah satu perusahaan swasta di Muara Teweh, dia mengaku melakukan selingkuh hanya sebatas saat ia bepergian keluar kota, dan tidak ada niat untuk melanjutkan perselingkuhan tersebut sampai ketahap yang serius. “saya berselingkuh hanya sekadar hiburan saja, dan kalo sudah pulang dari luar daerah ceritanya selesai sampai disitu aja,” katanya.

Menurut Arma, motifasi yang dilakukan hingga berbuat serong dengan isteri dirumah karena hanya ingin mencari “sesuatu yang lain” atau untuk membuang rasa jenuh. Tapi itu hanya sekadar untuk berhibur dan tidak akan sampai kelewat batas. Sebab menurutnya Ia masih menilai istri yang dirumahlah nomor satu.

Lain lagi dengan Steven (juga bukan nama sebenaranya) yang berprofesi sebagai pengusaha swasta. Dia mengaku bahwa  melakukan perselingkuhan diluar rumah tanpa sepengetahun isteri memang sudah menjadi kebiasaan, dan sulit untuk tinggalkannya. Bahkan menurut lelaki yang selalu berpenampilan menarik ini selingkuh bagainya bagai obat awet muda dan membuat pikiran tentram dan cerdas.

Tapi walau demilikian dalam melakukan perbuatan selingkuh katanya jangan sampai terlena, dalam arti kata tidak sampai berlebihan hingga mengorbankan anak dan istri di rumah.

Istilah yang ia pakai dalam melakukan hubungan selingkuh adalah “Lebih baik membeli satenya dari pada membeli kambingnya”. Steven menganalogikan kambing adalah perempuan.

Menurutnya suatu saat akan repot memelihara dan memberi makan kambing lebih baik membeli kambing yang sudah dimasak. “kalau mau makan sate kambing buat apa repot-repot sampai membeli dan memelihara kambingnya, kita cukup membeli satenya saja,” katanya.

Berbagai trik dan kita untuk menutupi perbuatan selingkuh dari pasangan tergantung dari bagaimana melakoninya. Ada yang halus ada pula yang kasar alias trang-trangan.

Tetapi kebanyakan menurut beberapa orang yang ditemui tabengan, tidak sependapat dengan prilaku menyimpang tidak setia dengan pasangan. Mereka mengatakan apapun alasannya yang dijadikan untuk pembenaran dari tindakan yang salah yakni berbuat seorong dari pasangan hidup yang sah adalah tindakan yang salah. Berbuat selingkuh adalah penghianatan terhadap ikrar perkawainan. Demikian juga dipandang dari kaca mata agama dan hukum sangat bertentangan.

“Etika dan norma hidup berkeluarga, berselingkuh adalah tindakan yang salah, sebab telah  menghianati pasangan. Lebih-lebih pasangan itu telah dikarunia anak bahkan mendapat kehidupan yang mapan,” ujar salah seorang Ibu rumah tangga.

  1. 1 Desember 2009 pukul 2:33 AM

    artikel menarik kawan. istilah ini gw denger udah lama. tp tidak dalam analogi kambing=wanita. analogi ini gw denger dr kawan gw yang seoarang lawyer yang menanggapi client nya yang maksa pengen kuliah lagi ngambil S2 jurusan Hukum. Hasil akhirnya adalah “dia ga mau pake jasa lawyer dan ga mau dibodohi sama lawyer katanya”. Kawan gw yg lawyer bilang “kenapa harus beli kambingnya kalo pengen satenya”. Analogi yg hampir sama dengan perselingkuahn.

    Jika kita bicara solusi gw kira “perselingkuhan” bukan juga solusi untuk mengatasi hasrat suami yg memuncak. Ada efek2 yg harus dipikirkan dampaknya. keutuhan rumah tangga, fsikologi anak2 nya sampai kemungkinan resiko penyakit. gw kira semua resiko harus ada dalam kepala orang yg mau selingkuh termasuk kemungkinan kalo ketahuan sama pasangannya. artinya ga selamanya beli sate itu enak, karena sisa sate berupa tusuk satenya jg bisa mencelakai pemakan satenya.

    Bagimana jika pilihannya “beli kambing saja”. apa sebuah solusi? Yang pasti membeli kambing akan jauh lebih berat karena harus membuatkan kandangnya, memberi makan dan seterusnya. Tp itulah resiko dan tanggung jawab yang harus di pikul karena menginginkan “sate itu”. Jika tidak mampu melakukan itu dan membuat kambing jadi kurus jangan lakukan itu. Hanya akan menambah aroma tidak sedap dari kambing yg bikin mual siapapun termasuk pemilik kambing. sekali lagi apa ini slusi? tanya sama rumput yg bergiyang

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar